Kamis, 07 April 2011

TUGAS KMB ke- 11 Peritoneal dialisis

DIALISIS PERITONEAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok  mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III
MAKALAH


Disusun oleh:
Anisah Nur Azizah
05200ID09005
Tingkat 2A



AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN GARUT
2011




KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Rabb yang telah melimpahkan segala rizki dan kasih sayang-Nya kepada semua makhluk-Nya di alam semesta ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada kekasih dan panutan kehidupan kita, Rasulallah Muhammad saw. Dengan segala keikhlasannya, beliau telah memberikan bimbingan kepada umatnya dan mengarahkannya kepada jalan kehidupan yang lurus dan diridhai oleh Allah swt.
Ucapan terima kasih kepada dosen Pembimbing yang telah memberikan banyak ilmu kepada kami, khususnya pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III .Kemudian juga kepada Orang tua yang senantiasa memberikan dorongan do’a dan restunya. Dan tak lupa juga kepada rekan-rekan seperjuangan yang telah banyak memberikan bantuan baik berupa materi maupun nonmateri. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan dorongan mereka semua. Amin.
Makalah ini disusun untuk membahas tentang DIALISIS PERITONEAL”. Dengan tersedianya makalah  ini, kami berharap semoga ada manfaatnya baik bagi para pembaca umumnya, khususnya bagi kami sebagai penyusun.
Kami  menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kepada para pembaca dan para pakarnya, kami mengharapkan saran dan kritikan demi kesempurnaan makalah ini.



                                                                                                Garut, April 2011
   
 Penulis,




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ketika ginjal mengalami kerusakan maka ginjal tidak dapat membersihkan tubuh dari sisa-sisa metabolisme. Sisa-sisa metabolisme dan kelebihan air menumpuk dan lama kelamaan menjadi banyak di dalam darah yang disebut uremia.
Gagal ginjal kronik berarti kehilangan fungsi ginjal yang bisa terjadi secara cepat atau lambat dalam beberapa tahun. End Stage Renal Disease (ESRD) terjadi ketika ginjal mengalami kerusakan tahap akhir, dimana ginjal tidak dapat bekerja dengan baik untuk menjaga keseimbangan zat-zat kimia tubuh yang diperlukan untuk hidup. Pada saat ini pasien memerlukan dialysis sebagai terapi pengganti.
Pada saat ini ada yang di sebut dengan dialysis peritoneal, yaitu Metode pencucian darah dengan mengunakan peritoneum (selaput yang melapisi perut dan pembungkus organ perut). Cairan dimasukkan melalui sebuah selang kecil yang menembus dinding perut ke dalam rongga perut. Cairan harus dibiarkan selama waktu tertentu sehingga limbah metabolic dari aliran darah secara perlahan masuk ke dalam cairan tersebut, kemudian cairan dikeluarkan, dibuang, dan diganti dengan cairan yang baru. Selengkapnya akan di bahas dalam makalah ini.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang di maksud dengan peritoneal dialisis?
2.      Apa  Fungsi dialysis ?
3.      Apa Prinsip Dasar Peritoneal Dialisis?
4.      Bagaimana Proses Peritoneal Dialisis?
5.       Apa Keuntungan Peritoneal Dialisis?
6.      Apa kelemahan Peritoneal Dialisis?
7.      Kontra indikasi Peritoneal Dialisis?
8.      Bagaimana cara Pemasangan Kateter untuk Dialisis Peritoneal?
9.      Diagnose keperawatan Peritoneal Dialisis?
10.  Perawatan pada pasien Peritoneal Dialisis?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian peritoneal dialisis
2.      Untuk mengetahui Fungsi dialysis
3.      Untuk mengetahui Prinsip Dasar Peritoneal Dialisis
4.      Untuk mengetahui Proses Peritoneal Dialisis
5.      Untuk mengetahui Keuntungan Peritoneal Dialisis
6.      Untuk mengetahui kelemahan Peritoneal Dialisis
7.      Untuk mengetahui Kontra indikasi Peritoneal Dialisis
8.      Untuk mengetahui cara Pemasangan Kateter untuk Dialisis Peritoneal
9.      Untuk mengetahui Diagnose keperawatan Peritoneal Dialisis
10.  Untuk mengetahui Perawatan pada pasien Peritoneal Dialisis

D.    Metode Penulisan
Metode yang di gunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode kepustakaan yaitu mencari sumber dari buku maupun media elektronik (internet) .
E.     Sistematika Penulisan
      Dalam makalah ini terdiri dari BAB ,yaitu:
BAB I  PENDAHULUAN,  yang terdiri dari : Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, Dan Sistematika Penulisan.
BAB II            I PEMBAHASAN, yang berisi tentang pembahasan peritoneal dialysis .
BAB III  KESIMPULAN DAN SARAN , yang berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Peritoneal Dialisis
 Peritoneal Dialisis adalah Metode pencucian darah dengan mengunakan peritoneum (selaput yang melapisi perut dan pembungkus organ perut). Cairan dimasukkan melalui sebuah selang kecil yang menembus dinding perut ke dalam rongga perut. Cairan harus dibiarkan selama waktu tertentu sehingga limbah metabolic dari aliran darah secara perlahan masuk ke dalam cairan tersebut, kemudian cairan dikeluarkan, dibuang, dan diganti dengan cairan yang baru.
Peritoneum berfungsi sebagai membran semipermiabel yang memungkinkan transfer sisa nitrogen/toksin dan cairan dari darah ke dalam cairan dialisat. Dialisis Peritoneal dipilih karena menggunakan teknik yang lebih sederhana dan memberikan perubahan fisiologis lebih bertahap daripada hemodialisa.
Peritoneal Dialisis (PD :
        Acute Peritoneal Dialisis (PD Acute)
        Kronis Peritoneal Dialisis (CAPD)
Continous:Terus menerus selama 24 jam
Ambulatory:Bebas bergerak
Peritoneal:Peritoneum sebagai membran semi permeable
Dialysis:Membersihkan tubuh dari zat sisa-sisa metabolisme dan kelebihan cairan.



B.     Pemasangan Kateter untuk Dialisis Peritoneal
Sebelum melakukan Dialisis peritoneal, perlu dibuat akses sebagai tempat keluar masuknya cairan dialisat (cairan khusus untuk dialisis) dari dan ke dalam rongga perut (peritoneum). Akses ini berupa kateter yang “ditanam” di dalam rongga perut dengan pembedahan. Posisi kateter yaitu sedikit di bawah pusar.  Lokasi dimana sebagian kateter muncul dari dalam perut disebut “exit site”.

C.    Fungsi Peritoneal Dialisis
1.         Mengeluarkan produk-produk sisa metabolisme
2.         Mengeluarkan kelebihan air
3.         Membantu menjaga keseimbangan zat-zat kimia tubuh

D.    Prinsip Dasar Peritoneal Dialisis
Kateter CAPD (tenchoff catheter) dimasukkan ke dalam rongga peritoneum melalui teknik operasi. Konsentrasi adalah kata-kata yang sering kita dengar di dalam cairan CAPD.
E.     Proses Peritoneal Dialisis
Cairan dialysis 2 L dimasukkan dalam rongga peritoneum melalui catheter tunchoff, didiamkan untuk waktu tertentu (6 – 8 jam) dan peritoneum bekerja sebagai membrane semi permeable untuk mengambil sisa-sisa metabolisme dan kelebihan air dari darah.
Osmosis, difusi dan konveksi akan terjadi dalam rongga peritoneum. Setelah dwell time selesai  cairan akan dikeluarkan dari rongga peritoneum melalui catheter yang sama, proses ini berlangsung 3 – 4 kali dalam sehari selama 7 hari dalam seminggu.
1.      Difusi
a.       Membrane peritoneum menyaring solute dan air dari darah ke rongga peritoneum dan sebaliknya melalui difusi.
b.      Difusi adalah proses perpindahan solute dari daerah yang berkonsentrasi tinggi ke daerah yang berkonsentrasi rendah, dimana proses ini berlangsung ketika cairan dialisat dimasukkan ke dalam rongga peritoneum.
c.       Konsentrasi cairan CAPD lebih rendah dari plasma darah, karena cairan plasma banyak mengandung toksin uremik. Toksin uremik berpindah dari plasma ke cairan CAPD.


2.      Osmosis
a.       Adalah perpindahan air melewati membrane semi permeable dari daerah solute yang berkonsentrasi rendah (kadar air tinggi) ke daerah solute berkonsentrasi tinggi (kadar air rendah). Osmosis dipengaruhi oleh tekanan osmotic dan hidrostatik antara darah dan cairan dialisat.
b.      Osmosis pada peritoneum terjadi karena glukosa pada cairan CAPD menyebabkan tekanan osmotic cairan CAPD lebih tinggi (hipertonik) dibanding plasma, sehingga air
c.       Kandungan glucose yang lebih tinggi akan mengambil air lebih banyak. Cairan melewati membrane lebih cepat dari pada solute. Untuk itu diperlukan dwell time yang lebih panjang untuk menarik solute.
d.      Untuk membantu mengeluarkan kelebihan air dalam darah, maka cairan dialisat menyediakan beberapa jenis konsentrasi yang berbeda :
Baxter       : 1,5%, 2,5%, 4,25%
Frescenius : 1,3%, 2,3%, 4,25%



F.     Perpindahan Cairan Pada Peritoneal Dialisis Dipengaruhi :
a.       Kualitas membrane
b.      Ukuran & karakteristik larutan
c.       Volume dialisat
G.    Proses Dialysis Pada CAPD Terjadi Karena Adanya Perbedaan :
a.       Tekanan osmotic
b.      Konsentrasi zat terlarut antara cairan CAPD dengan plasma darah dalam pembuluh kapiler

c.       Pada saat cairan dialisat dimasukkan dalam peritoneum, air akan diultrafiltrasi dari plasma ke dialisat, sehingga meningkatkan volume cairan intra peritoneal. Peningkatan volume cairan intraperitoneal berbanding lurus dengan konsentrasi glukosa dari cairan dialisat.
d.      D. Kecepatan transport air dan zat terlarut dapat diestimasi secara periodic melalui PET test (Peritoneal Equilibrum Test)
e.       Standar konsentrasi elektrolit cairan CAPD:
        Na       (132 meq /lt)
        Cl        ( 102 meq /lt)
        Mg       (0,5 meq /lt)
        K         (0 meq /lt)
H.    Keuntungan Peritoneal Dialisis:
1.   Dapat dilakukan sendiri di rumah atau tempat kerja
2.   Pasien menjadi mandiri (independen), meningkatkan percaya diri
3.   Simpel, dapat dilatih dalam periode 1-2 minggu.
4.   Jadwal fleksibel, tidak tergantung penjadwalan rumah sakit sebagaimana HD
5.   Pembuangan cairan dan racun lebih stabil
6.   Diit dan intake cairan sedikit lebih bebas
7.   Cocok bagi pasien yang mengalami gangguan jantung
8.   Pemeliharaan residual renal function lebih baik pada 2-3 tahun pertama

I.       Kelemahan Peritoneal Dialisis :
1.      Resiko infeksi
2.      Peritonitis
3.      Exit site
4.      Tunnel
5.      BB naik karena glukosa, pada cairan CAPD diabsorbsi

J.      Penilaian Peritoneal Dialisis:
1.      Penilaian bersifat individual
2.      Adakah faktor kelainan yang menyebabkan CAPD lebih bermanfaat dibanding HD ?
3.      Kesulitan akses vaskular, penyakit cardiovaskular yang berat
4.      Jarak rumah dengan center HD, pekerjaan

K.    Kontra Indikasi Peritoneal Dialisis :
1.         Hilangnya fungsi membran peritoneum
2.         Operasi berulang pada abdomen, kolostomi,
3.         Ukuran tubuh yang besar (kemungkinan dengan PD yang adekuat tidak tercapai)
4.         Identifikasi problem yang potensial timbul sebelum CAPD dimulai
a.       Apakah pasien perlu seorang asisten (keterbatasan fisik / mental)
b.      Adakah hernia
c.       Penglihatan kurang
5.      Malnutrisi yang berat

L.     Tips Perawatan Chateter Dan Exit Site:Rawatanps perawattttttan kateter dan Exit Site:
1.         Mandi setiap hari untuk menjaga kebersihan kulit, khususnya di sekitar exit site. Jangan mandi berendam
2.         Ganti pakaian dalam maupun pakaian luar setiap hari
3.         Jangan gunakan bahan kimia, misalnya alkohol dan bahan yang mengandung klorida untuk membersihkan exit site atau kateter. Anda hanya boleh menggunakan sabun dan air untuk membersihkan exit site dan keteter
4.         Jangan gunakan krim, salep, atau bedak tabur di sekitar exit site
5.         Jaga posisi keteter krim agar tetap berada pada tempatnya (tidak tertarik, tertekuk, terputar, atau tersangkut) dengan menempelkannya pada kulit dengan bantuan plester.

M.   Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Terjadi
1.         Volume cairan, kelebihan, resiko tinggi terhadap Kekurangan volume cairan
2.         Resiko tinggi terhadap trauma
3.         Nyeri (Akut).
4.         Infeksi, resiko tinggi terhadap, (Peritonitis).
5.         Pola pernapasan, tidak efektif, resiko tinggi terhadap.

N.    Faktor Resiko Meliputi
1.       Tidak adekuatnya gradien osmotik dialisat. Retensi cairan (malposisi atau kateter terlipat/bekuan,distensi usus;peritonitis, jaringan parut peritoneum). Pemasukan per oral/IV berlebihan.
2.      Penggunaan dialisat hipertonik, dengan pembuangan cairan berlebihan dari volume sirkulasi.
3.      Kateter dimasukan ke dalam rongga peritoneal. Sisi dekat usus/kandung kemih, dengan potensial terjadi perforasi selama pemasukan atau manipulasi kateter.
4.       Iritasi/infeksi dalam rongga peritoneal. Infus dialisat dingin atau asam, distensi abdominal, infus dialisat cepat.
5.      Kontaminasi kateter selama pemasangan. Kontaminasi kulit pada sisi pemasangan kateter. Peritonitis steril (respon terhadap komposisi dialisat)
6.      Tekanan abdomen/keterbatasan pengembangan diagfragma; infus dialisat terlalu cepat; nyeri.  

O.    Tindakan Keperawatan
1.    Mandiri:
a.        Pertahankan pencatatan volume masuk dan keluar, dan kumulatif keseimbangan cairan.
 Rasional : Pada kebanyakan kasus, jumlah cairan yang keluar harus sama atau lebih dari pada yang masuk. : kehilangan atau peningkatan pasien pada ahkir pertukaran.
b.       Perhatikan keluhan pusing, mual, peningkatan rasa haus.
Rasional : Dapat menunjkan hipovolemia/sindrom hiperosmolar.
c.        Berikan jadwal untuk pengaliran dialisat dari abdomen.
 Rasional : Waktu tinggal lama, khususnya bila menggunakan cairan dextrose 4,25 %, dapat menyebabkan kehilangan cairan berlebihan.
d.      Inspeksi membran mukosa, evaluasi turgor kulit, nadi perifer, pengisian kapiler.
Rasional :Membran mukosa kering, turgor klit buruk, dan penurunan nadi/pengisian kapiler adalah indikator dehidrasi dan membutuhkan peningkatan pemasukan/perubahan dalam kekuatan dialisat.


2.      Kolaborasi :
a.       Awasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, contoh, Natrium serum dan kadar glukosa.
 Rasional :
Cairan hipertonik dapat menyebabkan hipernatremia dengan membuang lebih banyak air daripada natrium. Selain itu dextrose dapat diabsropsi dari dialisat, sehingga meningkatkan glukosa serum.
b.      Berikan analgesik.
 Rasional :
 Menghilangkan nyeri dan ketidaknyamanan.
c.       Tambahkan Natrium Hidroksida pada dialisat, bila diindikasikan. Rasional :
Kadang-kadang digunakan untuk mengubah pH bila pasien tidak toleran pada keasaman dialisat.
d.      Awasi jumlah SDP dari keluaran.
 Rasional : Adanya SDP pada awal dapat menunjukan respon normal terhadap substansi asing; namun, berlangsungnya peningkatan diduga terjadi infeksi.
e.       Ambil spesimen darah, keluaran cairan, dan/atau drainase.
 Rasional : Mengidentifikasi tipe organisme, pilihan intervensi.
f.       Berikan antibiotik secara sistemik atau dalam dialisat sesuai indikasi. Rasional : Mengatasi infeksi, mencegah sepsis.
g.   Berikan analgesik sesuai indikasi.
 Rasional : Menghilangkan nyeri, meningkatkan pernapasan nyaman, upaya batuk maksimal.
h.   Berikan tambahan O2 sesuai indikasi.
Rasional : Memaksimalkan oksigen untuk penyerapan vaskular, pencegahan/pengurangan hipoksia




3.   Mandiri :
a.       Biarkan pasien mengosongkan kandung kemih sebelum pemasangan katetr peritoneal bila kateter indwelling tidak ada.
 Rasional : Kandung kemih kosong, lebih jauh dari sisi pemasukan dan menurunkan kemungkinan tertusuk selama pemasangan kateter.
b.       Fiksasi kateter/selang dengan plester. Tekankan pentingnya pasien menghindari penarikan/mendorong kateter. Restrain tangan bila di indikasikan.
Rasional :
Menurunkan resiko trauma dengan memnipulasi kateter.
c.        Hentikan dialisis bila ada bukti perforasi usus/kandung kemih. Biarkan kateter dialisis tetap pada tempatnya.
 Rasional : Tindakan cepat akan mencegah cedera selanjutnya. Bedah perbaikan segera dapat dibutuhkan. Membiarkan kateter pada tempatnya, memudahkan diagnosa/lokasi perforasi.
d.      Selidiki keluhan pasien akan nyeri; perhatikan intensitas (0-10), lokasi, dan faktor pencetus.
Rasional :
 Membantu dalam mengidentifikasi sumber nyeri dan intervensi tepat.
e.        Jelaskan bahwa ketidaknyamanan awal biasanya hilang setelah pertukaran pertama.
Rasional :
Penjelasan dapat menurunkan ansietas, dan meningkatkan relaksasi selama prosedur.
f.        Perhatikan keluhan nyeri pada area bahu. Cegah udara masuk ke rongga peritoneum selama infus.
Rasional : Masuknya udara ke peritoneum dapat mengiritasi diagfragma dan mengakibatkan nyeri pada bahu. Dapat dikeluhkan juga pada awal terapi, gunakan volume yang lebih kecil dulu sampai pasien baik.
g.       Hangatkan dialisat (hangat kering)pada suhu tubuh sebelum diinfuskan.
Rasional :
 Penghangatan cairan dapat meningkatkan kecepatan pembuangan urea melalui dilatasi pembuluh darah. Dialisat dingin menyebakan vasokonstriksi, yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan /atau terlalu rendah dari suhu inti tubuh, mencetuskan henti jantung.
h.   Observasi tehnik aseptik dan gunakan masker selama pertukaran cairan, gunakan prinsip steril saat pemasangan kateter, ganti balutan dan kapanpun sistem dibuka. Lakukan pertukaran cairan dialisat sesuai protokol.
Rasional :
 Mencegah introduksi organisme dan kontaminasi lewat udara yang dapat menyebabkan infeksi.
i.     Ganti balutan sesuai indikasi dengan hati-hati, dengan tidak mengubah posisi kateter. Perhatikan karakter, warna, bau drainase dari sekitar sisi pemasangan.
Rasional : Lingkungan yang lembab meningkatkan pertumbuhan bakteri. Drainase purulen pada sisi insersi menunjukkan adanya infeksi lokal.
j.     Observasi warna dan kejernihan keluaran.
Rasional : Keluaran keruh diduga infeksi peritoneal.
k.   Awasi frekuensi/upaya pernapasan. Penurunan kecepatan infus bila ada dipsnea.
Rasional : Takipnea, dipsnea, dan napas dangkal selama dialisa diduga tekanan diafragmatik dari distensi rongga peritoneal atau mungkin menunjukkan komplikasi.
l.     Tinggikan kepala tempat tidur, tingkatkan latihan napas dalam dan batuk.
Rasional : Memudahkan ekspansi dada/ventilasi dan mobilisasi sekret.



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.       Kesimpulan
           Peritoneal dialisis merupakan salah satu tipe dialisis, dimana darah dibersihkan di dalam tubuh. Dokter akan melakukan pembedahan untuk memasang akses berupa catheter di dalam abdomen penderita. Pada saat tindakan, area abdominal pasien akan secara perlahan diisi oleh cairan dialisat melalui catheter. Ada dua macam peritoneal dialysis yaitu continous peritoneal dialysis (CAPD) dan Continonus Cycling Peritoneal Dialysis. (CCPD). Untuk Indonesia CAPD lebih lazim digunakan daripada CCPD. Pada CAPD penderita melakukan sendiri tindakan medis tanap bantuan mesin dan biasanya berlangsung 4 kali sehari masing – masing selama 30 menit.
B.        Saran
        Banyak penderita yang meskipun harus melakukan terapi dialisis namun tetap dapat menjalani hidup secara normal. Pada awalnya memang diperlukan penyesuaian – penyesuaian baik oleh penderita maupun keluarganya, namun dengan berjalannya waktu apabila penderita telah menerima kondisinya tersebut disertai dengan pikiran positif dan menjalankan terapi dengan sungguh sungguh serta mengikuti segala petunjuk dokter, kehidupan normal pun bukan tidak mungkin untuk dicapai. Untuk itu, tidak ada yang tak mungkin .






Daftara pustaka
hemodialisa.files.wordpress.com
http://yoursecondfifty.com/indonesia


Diposting Oleh :
Nama          :Anisah Nur Azizah
NIM            :05200ID09005
Kelas          :2A    
Kelompok  :1
                    -Anisah Nur Azizah
                    -Asep Diki Permana
                    -Farid Maroef Maulana Ishak
                    -Lina Ratiana
                    -Pipit Puspita Permana
                   -Rini Yulianai
                   -Susanti
                   -Ucu Cahyati

MAHASISWA AKPER PEMDA GARUT



Tidak ada komentar:

Posting Komentar